ANTOLOGI HAMAMI ADABY

Friday, 3 December 2010

HOMOTEMATIS BERTRIWIKRAMA CINTA DALAM KARYA HAMAMI ADABY

: Hudan Nur)*







HAMAMI ADABY, penyair generasi 70-an yang telah menelurkan sejumlah antologi pribadi; Iqra (1997), Nyanyi Seribu Sungai (2001), Kesumba (2002), Bunga Angin (2003), Dermaga Cinta (2004), Uma Bungas Banjarbaru (2005), Keduluran (2006), 36 Mata Pena (2007), Di Jari Manismu Ada Rindu (2008), dan Sarjana Cinta (2009) ini termasuk penulis puisi yang menitikberatkan karyanya dalam kontekstual sehari-hari, puisi-puisinya ditulis berdasarkan perkembangan yang terjadi di sekelilingnya. Apa yang ia lihat, dengar, dan rasa semuanya diramu dalam puisi.

Dalam kumpulan antologinya yang terakhir Sarjana Cinta, bukan hanya puisi yang termaktub tetapi juga sehimpun cerita pendek yang pernah ditulisnya kurun waktu 1969-1971 dan semuanya tertemakan cinta. Diusianya yang semakin senja, sisi keromantisan menjadi pilihan dalam menuangkan apa yang ada dipikirannya. Lihat saja Puisi Sarjana Cinta:

Kuperoleh kedamaian di wajahmu nak,

ketika bapak merebut gelar sarjana

dalam pertahankan skripsi cinta

“SURAT dan KEKASIH”

pada penjara ibukota.

Sering kita dengar orang masuk bui

karena putus cinta dan hidup siri

dari pahitnya putaran jaman

gelisah menendang badai kehidupan.

Wajah-wajah resah berloncatan

dari reruntuhan harapan

yang bergetar mendekap kegelisahan

menghadang bisik-bisik pertambatan.

Wajah-wajah ceria bertebaran

bagai perahu layar mengejar lautan

saat bunda cium keningmu, anakku

pertaruhkan skripsi cinta

“SURAT dan KEKASIH”

Lihat juga cerita pendek yang pernah ditulisnya di bawah ini, ada enam cerita pendek yang terhimpun di Sarjana Cinta salah satunya berjudul Hati Wanita dan Kedamaian:

SEUJUNG KUKU aku tidak percaya lagi dengan lelaki. Sering bohong dan mengobral janji. Mungkin itu dirasakan olehmu, dan telah dibuktikan berkali.

Lelaki yang kumaksud tadi bukan kamu, tapi Akli lelaki inilah yang kukutuk sampai akhir hayat. Entah lelaki yang lain aku belum mengambil kesimpulan.

Ucapan Saadiah mendapat perlawanan dari Masni.

+ Tapi tidak semua kan?

- Yang , Ketiga. Kalau juga putus dengan Bakri, yang keempat, baru mengambil keputusan, bahwa lelaki sama semua.

+ Boleh saja. Itu rumus Saadiah. Aku tak menyangkal.

Saadiah diam sambil menggigit ujung jari. Menunduk mempermainkan jempol kaki ke kursi.

Kertas catatan bekas kuliah pagi tadi masih terletak di daun meja ruang tamu.

- Kejam sekali. Ia telah berbohong. Saadiah geregetan sambil melontar pandang ke Masni. Tapi Masnin tidak tahu, karena terhalang buku Anthropology Budaya yang dibaca.

Setelah beberapa menit buku Anthropology itu diletaknya diatas meja. Saadiah mengulang apa yang diucapkan tadi.

- Kejam amat. Ia telah berbohong. Kata Saadiah.

+ Sebagai sahabat maklum hal itu. Nanti kau akan ketemu seorang lelaki yang penuh pengertian.

- Terima kasih Masni.

Masni kembali mengambil buku Anthropology yang di atas meja tadi. Membuka dan membacanya.

- Jadi tidak semua lelaki tidak bisa dipercaya?

+ Tentu ada yang bisa dipercaya, bukti aku!

- O, Jadi begitu toh?

+ begitulah, kata Masni sambil tersebyum menatap Saadiah. “Dengan keyakinan bulat Allah memberikan yang terbaik.”

Buku Anthropology yang dipegang dan dibaca, diletakkannya kembali.

Saadiah tercenung dengan pandang hampa dan kosong. Ada seberkas cahaya dalam binar mata, ketegaran menghadapi kemelut yang merontok bathin.

Kelembutan hatinya masih tergambar dalam setiap kata yang diucapkan.

- Itu kan masa lalu yang tak perlu diingat. Begitukan? Apa iya Masni?

+ Iya. Betul!

Masni sudah mengerti semua ucapan Saadiah itu. Ia berharap sungguh pada Saadiah agar bisa melupakan semua peristiwa kenangan bersama Akli.

- Sulit buat melupakan.

+ Memang sulit, tapi pelan-pelan.

Saadiah berargumen.

- Mungkin hanya penyair yang bisa melupakan. Kenapa? Dituangkannya dalam bentuk puisi. Lalu jadi plong. Mau jadi penyair seperti Bayah? Itukan pertanyaanmu?

Masni tidak membuka mulut, sebab pertanyaan itu sulit untuk dijawab. Saadiah masih menunduk sangat kesal dengan peristiwa silam.

“Seberkas harapan yang hilang, mungkinkah akan ditemukan kembali?”. Kata-kata itu selalu berputar di otak. Tiba-tiba ia bicara.

- Mas, mungkinkah cahaya itu dapat kutangkap lagi?

+ Kenapa tidak! Doa dan usaha yang sungguh.

saadiah ditawari Ajam untuk main drama, berjudul “HATI WANITA DAN KEDAMAIAN”. Ia terima tawaran itu, karena sejak lama ingin dan kebetulan hari ini ada kesempatan.

- Aku akan main drama Mas. Tawaran dari Ajam.

Masni tercengang hampir tidak percaya apa yang diucapkan itu. Ia semakin heran dan mengulang ucapan Saadiah.

+ apa? Main drama? Pendengaranku begitu?

- Ya. Kau pemain kedua. Ajam yang menunjuk!

+ Kapan mulai latihan?

- Dua hari lagi, Rabu. Kuharap Masni jangan menolak.

+ Baik, aku bersedia. Thema cerita bagaimana?

- O, nanti kuberikan naskahnya. Karya Ajam sendiri.

+ Sutradara, siapa?

- Ajam juga.

Ditulisnya naska ini oleh Ajam karena Saadiah memberikan bahan untuk diramu dalam scenario.

Mulanya Saadiah tidak tertarik samasekali dengan permainan panggung ini. entah kenapa ia juga tidak tahu, mulanya untuk belajar acting dan terjun kedunia ini.

Mungkin hanya untuk sekedar pelarian, atau memang suatu keinginan yang lahir dari sanubarinya. Biarkan dunia ini dijalaninyua agar harapan datang suatu kegembiran.

Bagaimana pun rasa asing baginya dan geram.

****

Dari 58 puisi dan 6 cerita pendek yang terhimpun di Sarjana Cinta patut untuk disimak oleh pembaca sastra. Salam!

0 comments:

Post a Comment

free counters

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Page Rank

Copyright © 2011 Green Ilmu | Splashy Free Blogger Templates with Background Images, Trucks