: Hudan Nur)*
HARMONI sosial dalam heterotematis puisi-puisi Kahlil Gibran mampu memberi kesadaran tentang kehidupan yang penuh nyanyian beserta suka-citanya lewat semiotika kata-kata. Sang penyair berhasil menghadirkan seluruh rekaman berisikan himpitan dan kegelisahannya sebagai penyair yang selalu diselimuti airmata.
Puisi-puisinya adalah saksi jiwanya yang berimplikasi menyadarkan pembaca tentang suatu hal. Dalam bagaimanapun puisi berfungsi untuk mengingatkan kita terhadap hal tertentu dan pada akhirnya dari bacaan yang dibaca oleh pembaca di harapkan mampu mensinergikan harmoni positif dalam cakrawala pikirnya, seperti puisinya yang berjudul Bangsa Kasihan ;
Hanya saja barangkali apabila pembaca membaca karya Kahlil Gibran dari versi Bahasa Indonesia akan sulit menemukan makna dari semiotika yang dibangun oleh Kahlil. Sebagian masyarakat pembaca tertentu akan merasakan kesulitan dalam memahami karyanya hingga sudut menarik dari puisi-puisinya tak mampu dinikmati. Kecuali bila kita membacanya lewat versi Bahasa Inggris. Saya secara pribadi sangat menikmati puisi-puisinya dalam versi Inggris, mungkin karena language is arbitrary. Sehingga spirit penyadaran yang ditularkan Kahlil dalam puisinya mampu saya resapi.
Puisi-puisinya adalah saksi jiwanya yang berimplikasi menyadarkan pembaca tentang suatu hal. Dalam bagaimanapun puisi berfungsi untuk mengingatkan kita terhadap hal tertentu dan pada akhirnya dari bacaan yang dibaca oleh pembaca di harapkan mampu mensinergikan harmoni positif dalam cakrawala pikirnya, seperti puisinya yang berjudul Bangsa Kasihan ;
Kasihan bangsa yang memakai pakaian yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum yang tidak dituainya
dan meminum anggur yang tidak diperasnya
.....
Kasihan bangsa yang negarawannya serigala,
falsafahnya karung nasi,
dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
.....
Puisi ini mengingatkan kita kepada negeri kita sendiri dengan segala kemirisannya dalam berkehidupan. Ada banyak hal yang mesti dibenahi untuk bisa menuju bangsa yang maju. Di samping itu ada juga puisi-puisi yang memotret tema cinta, kehidupan, alam, serta hasil kontemplasinya dalam mewarnai sebuah kehidupan yang mengelukan sekali.memakan roti dari gandum yang tidak dituainya
dan meminum anggur yang tidak diperasnya
.....
Kasihan bangsa yang negarawannya serigala,
falsafahnya karung nasi,
dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
.....
Hanya saja barangkali apabila pembaca membaca karya Kahlil Gibran dari versi Bahasa Indonesia akan sulit menemukan makna dari semiotika yang dibangun oleh Kahlil. Sebagian masyarakat pembaca tertentu akan merasakan kesulitan dalam memahami karyanya hingga sudut menarik dari puisi-puisinya tak mampu dinikmati. Kecuali bila kita membacanya lewat versi Bahasa Inggris. Saya secara pribadi sangat menikmati puisi-puisinya dalam versi Inggris, mungkin karena language is arbitrary. Sehingga spirit penyadaran yang ditularkan Kahlil dalam puisinya mampu saya resapi.
0 comments:
Post a Comment