Negara yang kurang dari 20% laki-lakinya disunat ternyata memiliki prevalensi HIV/AIDS lebih tinggi dibandingkan negara yang mayoritas penduduk laki-lakinya disunat. Hal ini disampaikan oleh Dr Adi Sasongko, Direktur Pelayanan Kesehatan dari Yayasan Kusuma Buana dalam acara media edukasi bertema ”Efektivitas Sunat dalam Pencegahan HIV/AIDS” yang diselenggarakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi DKI Jakarta.
Dijelaskan oleh Adi Sasongko, pada laki-laki yang tidak disunat, kepala penis akan tertutup kulup (lapisan kulit yang dihilangkan pada proses sunat) yang membuatnya sulit dibersihkan. Padahal lipatan-lipatan di kulup ini akan menjadi tempat yang sangat kondusif untuk bertahan hidupnya virus HIV. Tak hanya itu, di bagian bawah kulup terdapat jaringan mukosa yang mudah lecet dan mempermudah masuknya HIV. Mukosa ini juga mengandung banyak sel langerhans yang rawan terinfeksi HIV.
Selain mengurangi risiko penularan HIV/AIDS, menurut Adi, ternyata sunat juga mengurangi risiko penularan penyakit kelamin seperti sifilis, trikomonas, termasuk Human Papiloma Virus yang menjadi penyebab kanker leher rahim pada wanita.
Diingatkan oleh Adi, ”Sunat sebaiknya dilakukan oleh ahli yang kompeten sehingga bisa dilakukan secara benar dan aman.”
www.nirmalamagazine.com
0 comments:
Post a Comment