Pengaruh Positivism dan sekularisasi

Tuesday 1 February 2011

Pengaruh Positivism dan sekularisasi

Dari sejak kurun ke 4 sebelum Masehi lagi, falsafah adalah merupakan sumber pemikiran Barat. Plato dan Aristotle menyifatkan alam ini berjalan dengan sendirinya, tidak ada kaitan dengan kekuasaan tuhan. Kemudian pada kurun ke 17 masehi Barat mengalami paradigm shift (perubahan paradigma) mereka tidak lagi berkiblat pada falsafah aristotle, akan tetapi mereka mula memberikan perhatian kepada falsafah yang baru muncul pada era enlightment, yaitu positivisme. Dengan lahirnya paradigma yang dipelopori oleh Isaac Newton ini, metaphysic (yang mana agama dimasukkan kedalam salah satu kategorinya) dipisahkan daripada sains. Sains dijadikan sesuatu yang mutlak, tidak diragukan kebenarannya kerana sains dihasilkan melalui scientific methods (eksperimen, verifikasi dll.) sedangkan metaphysic dan agama menurut Hume adalah berdasarkan illusi semata-mata. Dengan keangkuhan mereka agama mula disudutkan, agama dikatakan opium yang merusak manusia.

Dalam era inilah Sekularisasi dihasilkan sebagai senjata untuk melawan pengaruh agama terhadap manusia. Menurut Prof. al-Attas (Pengetua ISTAC) Sekularisasi adalah suatu program falsafah yang beroperasi untuk mematerialisasikan alam (disenchantment of nature) menafikan kesakralan politik (desacralization of politics) menghapuskan nilai-nilai luhur (deconsecration of values). Seorang sosiologis Jerman Max weber tidak menafikan hal ini bahkan dia menyimpulkan bahwa tujuan sekularisasi adalah untuk membebaskan alam ini dari pengaruh dan tunjuk ajar agama.

0 comments:

Post a Comment

free counters

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Page Rank

Copyright © 2011 Green Ilmu | Splashy Free Blogger Templates with Background Images, Trucks