Terapi Madu Cara Alami Tingkatkan Imunitas Tubuh

Tuesday 22 February 2011

Sejak ratusan tahun lalu madu sudah dikenal sebagai minuman sumber energi yang memiliki khasiat sebagai obat. Apa saja keistimewaannya dan penyakit apa saja yang bisa diatasi dengan madu?
Dalam dunia kedokteran, madu memang tidak digolongkan sebagai obat. Madu hanya digolongkan sebagai suplemen atau minuman kesehatan. Karenanya jarang ada dokter yang meresepkan madu kepada para pasiennya. Tetapi uniknya, banyak literatur kuno dan kitab suci yang justru menyebutkan madu sebagai minuman sehat yang memiliki khasiat sebagai obat.
Sebagai contoh, Al Quran surat An Nahl (Lebah) ayat 69 menyebutkan bahwa, ”Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.”
Madu juga disebut memiliki khasiat sebagai obat dalam kitab Ayurveda yang antara lain untuk mengatasi sakit paru-paru. Sementara Aristoteles (350 SM) dalam bukunya Historia Animaliu menuliskan bahwa madu putih baik untuk mengobati sakit mata, dan Celsius, seorang dokter Romawi selalu memberikan madu pada pasiennya yang menderita diare karena efek antibakteri dan kandungan nutrisinya mudah dicerna.

Istimewanya madu
Madu adalah cairan manis berasal dari nektar tumbuhan yang diproduksi oleh lebah madu. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar necteriffier dalam bunga. Bentuknya cairan, rasanya manis alami dengan aroma yang lembut. ”Nektar mengandung air (50-90 persen), glukosa, fruktosa, sukrosa, protein, asam amino, karoten, vitamin, dan minyak, serta mineral esensial,” demikian penjelasan Dr Adji Suranto, ahli apitherapy dan pengajar pemanfaatan produk perlebahan di Apiari, Pramuka, Cibubur, yang juga Ketua Komisi Apitherapy Asosiasi Perlebahan Indonesia (API).
Bagaimana madu berefek terapi? Kandungan nilai gizi (lihat boks) dan variasi kompisisi kandungan zat-nyalah yang membuat madu terbukti berkhasiat sebagai terapi. Salah satu yang paling penting adalah kandungan zat antibiotiknya untuk melawan serangan berbagai kuman patogen penyebab penyakit, seperti hasil penelitian Peter C Molan (1992), dari Departement of Biological Sciences, University of Waikoto, Selandia Baru.
Para ahli menduga, zat antibakteri pada madu muncul karena adanya efek osmotik yang berasal dari tingginya kandungan gula madu, sekitar 84 persen dibanding kadar airnya yang hanya sekitar 15 persen. ”Sedikitnya kandungan air dalam madu yang berinteraksi dengan kadar gula dalam madu itulah yang membuat bakteri tidak dapat hidup. Karena tidak ada bakteri yang mampu hidup pada medium berkadar air kurang dari 17 persen, ” kata Dr Adji.
Ciri khas madu lainnya adalah sifatnya yang asam dengan pH antara 3,2 sampai 4,5 sehingga cukup untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang biasanya berkembang biak pada pH 7,2 sampai 7,4. Madu juga dapat meningkatkan pembelahan sel limfosit, yang berperan dalam pembentukan sel darah putih dalam tubuh, sehingga berkasiat meningkatkan imunitas tubuh.
Namun demikian Aristoteles menyatakan, madu dari area dan musim tertentu dapat mengobati penyakit tertentu pula. Ini artinya, efek antibakteri madu berbeda-beda tergantung sumber nektarnya. Sementara, National Honey Board 2005, melaporkan bahwa madu yang berwarna gelap seperti madu manuka dan varitas madu buckwheat, terbukti memiliki kadar antioksidan lebih tinggi dibanding madu berwarna terang seperti madu akasia atau clover.
Beberapa hal yang membuat efek antibakteri madu ini berbeda-beda adalah kandungan hidrogen peroksida dan non-peroksida, serta vitamin C, ion logam, enzim katalase, dan ketahanan madu terhadap suhu serta sensitivitas enzimnya terhadap cahaya.Karenanya, ada sebagian ahli yang berpendapat bahwa efek antibakteri madu yang terbaik diperoleh dengan cara mengoleskan (topikal), dan secara umum akan berkurang efeknya jika tercampur zat lain atau diencerkan. Meski begitu, penelitian terakhir menunjukkan bahwa efek antibakteri madu juga efektif  bila ditelan, misalnya pada infeksi pencernaan atau sakit maag.

Efektif untuk gangguan maag
Adalah Karina Purbasari (27 tahun), seorang model yang telah membuktikan khasiat antibakteri madu ini pada kasus maag kronis yang dideritanya. Sebelumnya, setiap maagnya kambuh ia selalu pergi ke dokter dan mendapat resep aneka obat maag, ”Tetapi begitu obat habis, saat itu juga maag saya selalu kambuh,” ujarnya. Tidak hanya itu, setiap tahunnya sedikitnya Karina tiga kali harus masuk rumah sakit gara-gara serangan maag ini.
Di tengah diet ketat yaitu harus ngemil setiap jam untuk mencegah serangan maag secara tiba-tiba, seorang teman yang memiliki pengalaman sama, menganjurkannya untuk mencoba terapi madu, yakni terapi pengobatan dengan menggunakan madu. ”Saya langsung mencoba, ” katanya.
Terapi madu diawali dengan dosis tiga kali sehari selama dua minggu masing-masing 1 sendok makan di pagi hari, siang hari, dan menjelang tidur. Dua minggu kemudian, karena sudah jarang kambuh, Karina mengurangi dosisnya menjadi dua kali sehari, yakni 1 sendok makan sebelum makan siang dan 1 sendok makan menjelang tidur. ”Sekarang maag saya sudah tidak pernah kambuh lagi,” tuturnya.
Menurut Dr Adji Suranto, madu memang telah terbukti membantu saraf sensorik dinding lambung merangsang pelepasan zat molekul hasil uraian protein (yaitu peptida) untuk meningkatkan aliran darah ke selaput lendir lambung guna melindungi lambung dari kerusakan.

Dosis Umum Konsumsi Madu untuk Kesehatan
  • Dosis madu yang dianjurkan untuk dewasa adalah 100 – 200 gram sehari. Diminum 3 kali sehari masing-masing pagi 30-60 gram, siang 40-80 gram, dan malam 30- 60 gram
  • Disarankan 1 ½ jam atau 2 jam sebelum makan atau 3 jam sesudah makan.
  • Untuk anak-anak dosis madu 30 gram sehari. 
www.nirmalamagazine.com

0 comments:

Post a Comment

free counters

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Page Rank

Copyright © 2011 Green Ilmu | Splashy Free Blogger Templates with Background Images, Trucks